Rabu, 06 Mei 2009

Elegi Perbincangan Segitiga

Elegi Perbincangan Segitiga
Oleh : Kesi Rusdiana Dewanti

Garis AB :
Di manakah aku berada?
Garis BC :
Tergantung di mana engkau berdiri.
Garis AB :
Maksudnya?
Garis BC :
Jika engkau berdiri di atas lembaran kertas, maka engkau berada di sebuah buku.
Garis AB :
Apakah aku bercabang?
Garis BC :
Bukan engkau lurus.
Garis AB :
Mengapa?
Garis BC :
Karena tidak semua hal/ benda di dunia ini bercabang.
Garis AB :
Bukankah hati itu bercabang?
Garis BC :
Hati itu tidak bercabang. Tapi haruslah tetap lurus pada satu keyakinan, karena hati merupakan komandan.
Garis AB :
Baik kalau begitu. Setelah aku pikir-pikir ternyata aku mempunyai sifat.

Garis BC :
Apakah sifatmu itu?
Garis AB :
Sebenar-benar diriku adalah sisi yang lurus.
Garis BC :
Kalau begitu tiadalah berbeda sifatmu itu dengan sifatku.
Garis AB :
Kalau begitu kita berdua berketetapan hati bahwa kita adalah sisi-sisi yang lurus.
Garis BC :
Oh iya, senyatanya aku masih bingung di manakah diriku berada?
Garis AB :
Tergantung di mana engkau berdiri.
Garis BC :
Maksudnya?
Garis AB :
Jika engkau berdiri serong terhadapku maka sebenar-benar engkau memotong terhadap diriku.
Garis BC :
Baiklah. Kalau begitu marilah kita deklarasikan perihal sifat kita tersebut.
Garis AC :
Wahai garis AB dan garis BC, mengapa engkau telah berbuat lancang telah mendeklarasikan perihal sifatmu itu tanpa meminta ijin terlebih dulu kepadaku?
Garis AB dan Garis BC berkata bersama :
Wahai garis AC, sebetulnya engkau itu merdeka atas diri kami, maka terserahlah dirimu. Engkau boleh ada juga boleh tidak ada di situ. Tetapi jika engkau ada di situ maka engkau juga boleh menentukan sembarang sifatmu.
Garis AC :
Baik kalau begitu . Ketahuilah bahwa sebetulnya sifat-sifatmu itu sama dengan sifat yang terkandung dalam diriku. Tetapi aku mempunyai sebuah persyaratan.
Garis AB dan Garis BC berkata bersama :
Apa persyaratanmu itu?
Garis AC :
Sebenar diriku berada serong terhadap engkau berdua.
Garis AB dan Garis BC berkata bersama :
Karena ternyata kita semua memmenuhi sifat yang sama. Bagaimana kalau kita membentuk sebuah nama yaitu segitiga.
Garis AC :
Baiklah, sebuah nama yang sangat bagus. Aku setuju.
Segitiga :
Kalau begitu marilah kita deklarasikan perihal sifat-sifat kita tersebut.
Titik A :
Wahai segitiga, mengapa engkau telah berbuat lancang telah mendeklarasikan perihal sifatmu itu tanpa meminta ijin terlebih dulu kepadaku?
Segitiga :
Wahai titik A, sebetulnya engkau itu merdeka atas diriku.Apapun keadaanku maka terserahlah dirimu. Engkau boleh ada juga boleh tidak ada di situ. Tetapi jika engkau ada di situ maka engkau juga boleh menentukan sembarang sifatmu.
Titik A :
Baik kalau begitu. Sebetulnya sifatku mempunyai syarat dan syaratku adalah asalkan terjadi perpotongan antara dua bagian dari dirimu yaitu antara garis AB dan garis AC. Itulah sebenar-benar diriku.
Segitiga :
Jadi dengan syaratmu itu, sebenar-benar dirimu adalah bagian dari diriku. Maka bergabunglah dengan diriku.
Titik A :
Baiklah. Aku setuju.
Titik B :
Wahai segitiga mengapa engkau telah lancang dan egois terhadapku?
Segitiga :
Maksudmu?
Titik B :
Engkau telah berani mengajak titik A gabung denganmu tanpa mengajakku?

Segitiga :
Memang apakah dirimu itu bagian dari diriku?
Titik B :
Yaiyalah… Sebenar-benar diriku terjadi karena perpotongan dua bagian dari dirimu.
Segitiga :
Apakah iya, kalau iya bagian dari diriku yang mana?
Titik B :
Ya tentunya garis AB dan garis BC.
Segitiga :
Sebentar saya pikir dulu….Baiklah karena demikian, jadi sebenar-benar dirimu adalah bagian dari diriku. Maka bergabunglah dengan bagian dari diriku yang lain.
Titik B :
Oke.
Titik C :
Sungguh aku sangat kecewa dengan dirimu segitiga.
Segitiga :
Kenapa?
Titik C :
Karena senyatanya engkau telah melupakanku.
Segitiga :
Oh maaf sekali, melupakan apa?
Titik C :
Sebenar-benar diriku kan bagian dari dirimu. Mengapa engkau tak menganggapku?
Segitiga :
O..ya..kalau memang dirimu adalah bagian dari diriku, tunjukkanlah.
Titik C :
Baik. Senyatanya sifatku sama dengan titik A dan titik B. Yakni aku terjadi karena perpotongan dua bagian dari dirimu.
Segitiga :
Apakah itu?
Titik C :
Garis AC dan garis BC.
Segitiga :
Baiklah sifatmu itu aku terima. Dan maaf sekali aku telah mengabaikanmu.
Segitiga :
Karena sebenar-benar titik A, titik B dan titik C mempunyai sifat yang sama dan juga merupakan bagian dari diriku maka kalian akan aku gabung menjadi satu nama yaitu titik sudut.
Titik A, Titik B dan Titik C berkata bersama :
Oke, kami setuju.
Sudut :
Wahai titik sudut, apakah engkau lupa akibat dari dirimu?
Titik Sudut :
Maksudmu?
Sudut :
Engkau ada maka aku pun ada.
Titik Sudut :
Lalu?
Sudut :
Engkau bagian dari segitiga maka aku pun sama.
Titik Sudut :
Kok bisa?
Sudut :
Ya bisalah, diriku terjadi akibat dari dirimu, sedang dirimu adalah bagian dari segitiga, maka sebenar-benar diriku juga bagian dari segitiga.
Titik Sudut :
Baiklah. Kalau begitu tunjukkanlah bahwa dirimu adalah bagian dari diriku.
Sudut :
Sebenar-benar diriku terbagi menjadi 3 bagian.
Titik Sudut :
Apa sajakah itu?

Sudut :
Sudut , sudut β dan sudut γ.
Titik Sudut :
O..ya, lalu tunjukkanlah masing-masing bagian dirimu adalah bagian dari diriku.
Sudut :
Baiklah.
Sudut :
Tidak…tidak…biar aku tunjukkan sendiri bahwa sebenar-benar diriku adalah bagian dari dirimu titik sudut.
Titik Sudut :
Silahkan.
Sudut :
Aku terjadi akibat bagian dari dirimu titik sudut.
Titik Sudut :
Kenapa?
Sudut :
Karena titik A maka terjadilah diriku, di mana titik A adalah perpotongan dari garis AB dan garis AC. Itulah sebenar-benar diriku.
Titik Sudut :
Ouw begitu, baiklah aku terima. Lalu sudut β?
Sudut β :
Aku pun sama. Karena titik B maka terjadilah diriku.
Titik Sudut :
Kok bisa?


Sudut β :
Karena perpotongan garis AB dan garis BC yang mengakibatkan titik B maka terjadilah sudut. Dan sebenar-benar sudut tersebut adalah diriku.
Titik Sudut :
Oke. Dan selanjutnya.
Sudut γ :
Sebenar-benar diriku adalah akibat dari titik C. Diriku adalah sudut yang diapit antara garis AC dan garis BC.
Sudut , sudut β dan sudut γ berkata bersama :
Karena kami mempunyai sifat yang sama maka kami sepakat untuk bergabung menjadi satu nama menjadi sudut.
Titik Sudut :
Baiklah. Kini aku paham bahwa dirimu adalah bagian dari diriku. Dan sebenar-benar diriku dan dirimu adalah bagian dari segitiga.
Segitiga :
Sebenar-benar diriku adalah tersusun oleh 3 buah garis lurus. Dan sebenar-benar diriku mempunyai titik sudut dan sudut.
Elegi Menggapai Sehat
Oleh : Kesi Rusdiana Dewanti


X : Bagaimana keadaanmu sekarang?
Y : Sehat.
X : Apakah sehat itu menyenangkan?
Y : Bisa ya bisa juga enggak.
X : Kenapa sehat enggak menyenangkan?
Y : Sehat itu capek.
X : Bilamana sehat itu menyenangkan?
Y : Bila kita sehat jasmani.
X : Tetapi apakah sehat selalu jasmani?
Y : Belum tentu.
X : Mengapa?
Y : Karena sehat juga bisa sehat rohani.
X : Ada berapa sehat itu?
Y : Bisa satu bisa banyak.
X : Bilamana sehat itu satu?
Y : Sehat itu satu jika terdapat hanya satu orang yang sehat.
X : Bilamana sehat itu banyak?
Y : Bilamana terdapat banyak orang yang sehat.
X : Kapan sehat itu?
Y : Bisa sebelum dan bisa juga sesudah.
X : Kapan sehat itu sebelum?
Y : Sehat itu sebelum sakit
X : Kapan sehat itu sesudah?
Y : Sehat itu sesudah sakit
X : Lalu, di manakah sehat itu?
Y : Sehat itu ada di mana-mana. Bisa di sini bisa juga di sana.
X : Apakah sehat yang di sini?
Y : Sehat yang di sini adalah sehat yang sedang aku rasakan.
X : Kalau sehat yang di sana?
Y : Sehat yang di sana adalah sehat yang dirasakan oleh orang lain, mungkin temanku, ibuku, nenekku, dsb.
X : Di manakah sehat itu?
Y : Dia di akhir.
X : Sehat itu di akhir apa?
Y : Sehat itu di akhir sakit.
X : Apakah sehat itu?
Y :Bisa sehat akal dan pikiran.
X : Apa yang dimaksud sehat akal dan pikiran?
Y : Sehat itu dapat berpikir jernih.
X : Apakah itu sehat akal dan pikiran?
Y : Sehat itu dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
X : Apakah sehat itu?
Y : Dia adalah harta terbesarku.
X : Apakah harta terbesarmu yang lain?
Y : Harta terbesarku yang lain adalah kebahagiaan.
X : Apa nama lain dari sehat?
Y : Inggrisnya sehat adalah health.
X : Lalu apa bedanya sehat dan sakit?
Y : Tidak lazim menyebut sembuh dari sehat, yang lazim adalah sembuh dari sakit.
X : Di manakah sehat itu?
Y : Bisa di dalam atau di luar pikiranku.
X : Apakah fungsi sehat itu?
Y : Bisa konotatif bisa juga denotatif.
X : Apa yang dimaksud sehat berfungsi denotatif?
Y : Sehat berfungsi denotatif jika sehat setelah sakit dan sebelum sakit.
X : Apa yang dimaksud sehat konotatif itu?
Y : Sehat konotatif artinya mulai kuliah dan mulai komentar di kolom komen Pak Marsigit.
X : Apakah harga sehat itu?
Y : Sehat sangat berharga, karena dia anugerah terbesarku.
X : Apakah ruginya tidak sehat itu?
Y : Ruginya tidak sehat jika aku sakit tidak bisa masuk kuliah dan tidak ikut ujian sisipan I Filsafat.
X : Kenapa engkau selalu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku?
Y : Karena aku adalah pengetahuanmu.
X : Di manakah domisilimu itu?
Y : Di dasar gunung es.
X : Gunung es yang mana?
Y : Gunung es sehat.